Kamis, 12 Agustus 2010

Album Keluarga Saye

Ini Anak Saye, Namenye FENISA SUKMAWATI
























Ini Orang Rumah Saye, Namenye ANIS SUSIOLOWATI, orang jawe .......!



Nah.....! Kalau dibawah ni Keluarge besar saye, tapi belum semuelah tu! masih belum ade akak, adik, anak sedare dah masih banyak lagi yang tak dapat saye sebut satu persatu, untuk episod ini cukup itu ajelah...! Disini saye sebutkan satu persatu mulai dari :
Kiri bagian atas : Mak saye (baju merah yang tegak paling kiri atas namenye SITI AFSAH), Istri saye tercinte (baju putih), Mak Usu saye (namenye FATMAWATI) , Adik saye yang paling bungsu (Dewi), adik sepupu saye (Ibih), ade sepupu saye (Uli alias upik), kakak sepupu saye (kak butet).
Kiri bagian bawah : Mak Mertue saye (namenye NASNI), Bapak Mertue saye (namenye Warsimin), Pak Cik saye (kalau panggil sehari-hari ATAH namenye MOHD. FADHILLAH), Mak cik saye (namenye SURI DAHLIA) dan terakhir Mak Uteh saye (namenye SITI KHATIJAH).
Oh sorry lah, ade yang lupe tersebut rupenye : yang dibelakang bapak mertue saye itu namenye AZIL, sepupu saye anak dari mak usu, dan dibelakang mak cik saye itu namenye DAYAT, anak sedare saye..!



Segitu aje dulu ye Galery album keluarge saye, ade waktu saye tambah lagi lah, be continue


Jumat, 09 Juli 2010

Riwayat Hidup Saye

MUHAMAD EFENDI BIN MUHAMMAD SAID
SUNGAI LINAU-KAYU ARA, KAB. KEP. MERANTI , RIAU, INDONESIA

Dilahirkan disebuah kampung yang bername Kayu Ara atau lebih dikenal dengan name Sungai Linau pada tanggal 19 Mei 1975 dari pasangan MUHAMMAD SAID (Alm) dan SITI AFSAH dimane keseharian mereka berpenghasilan dari menoreh getah dan menebang teki (tapi sekarang dah tak ade lagi doooo...). Masa kecil dihabis dikampung halaman bersame dengan Datuk (wak) saye yang bername ABDULLAH BIN H. ABDUL GHAFFAR dan Nenek (Mak We) saye yang bername SITI HAJAR BINTI H. ENDUL yang kental dengan nuansa Melayu dan Islam yang mana sejalan dengan keberadaan datuk (wak) saye sebagai tokoh masyarakat dan ulama pada masa itu atau semase hidupnye dan masih tetap jadi panutan dan dikenang hingga saat sekarang.
Riwayat Pendidikan saye dimulai dari SD Negeri 037 Kayu Ara yang tamat pada tahun 1987, SMP Negeri 3 Selat Panjang yang tamat pada tahun 1990 dan SMA Negeri 1 Selat Panjang yang tamat pada tahun 1993. Dikarenakan kondisi perekonomian dan keuangan keluarga pada saat itu saya memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi meskipun pada saat itu saye mendapatkan undangan dari Universitas Diponegoro (UNDIP) Malang dan saye lebih memilih pendidikan/kursus 1 tahun di Widyaloka Pekanbaru jurusan Ilmu Komputer.
Selame saye mengecap pendidikan/kursus di Widyaloka Pekanbaru saye tinggal bersame dengan Atah saye (pak cik-lah) yang bername Muhammad Fadhillah, yang mane selame tinggal dengan beliau semue kebutuhan dan keperluan ditanggung oleh beliau, sehingga saye merase bahwa pakcik saye tersebut sudah menjadi orang tue kandung saye sendiri.
Titel atau gelar Sarjana Teknik Informatika Komputer saya dapatkan di STIKOM Pelita Indonesia Pekanbaru pada tahun 2007 dan Alhamdulillah dengan Predikat Cumlaude (Terpuji).
Saye mengikuti sunah Rasulullah yaitu menikah pada tanggal 7 Mei 2007 dengan seorang gadis manis keturunan Jawa yang bernama ANIS SUSILOWATI putri dari bapak WARSIMIN dan ibu NASNI dan alhamdulillah pada tanggal 5 Maret 2008 kami karuniai seorang putri yang manis dan cantik yang kami beri nama FENISA SUKMAWATI dan semoge die menjadi anak yang soleha berbakti kepada orang tue, bangse dan negare. Amin..........!

Sekian Terime Kasih Sampai jumpe lagi di mase akan datang

Adat Resam Melayu


Sebelumnye saye ingin menyampaikan bahwesenye ape yang saye sampaikan dibawah adalah cerite/tulisan yang telah dibuat oleh abang sepupu saye (anak dari mak uteh saye yang paling tue) pade blog die sungailinau-kayuara-selatpanjang, Nah ini orangnye:

 

Penyerahan Tanda Pertunangan dalam Adat Melayu Selat Panjang


Dalam adat Melayu Selat Panjang, biasanya sebelum berlangsungnya akad nikah dan pesta perkawinan di dahului beberapa tahapan. Dimulai dari merisik (bertanya-tanya apakah bunga yang ada di taman sudah ada pemiliknya atau belum) seandainya belum ada dan pihak perempuan setuju untuk dipersunting, maka selanjutnya dilakukan penghantaran tanda pertunangan, yang paling utama dari tanda pertunangan ini adalah cincin pertunannya baru kemudian diikuti dengan barang-barang misalnya: pakaian, kasut, alat-alat kosmetik, dan lainnya yang lebih dikenal dengan istilah "serba satu" inipun disesuaikan pada saat perundingan saat merisik, selain itu juga ada hantaran berupa uang belanja (dalam bentuk uang) dengan nominal tertentu, ini juga tergantung kepada status sosial, ekonomi, dan kesepakatan antara kedua belah pihak. Namun saat ini adat inipun banyak mengalami modfikasi menyesuaikan dengan kondisi, sehingga banyak hal yang dianggap tidak perlu dan mubazir ditinggalkan, walaupun masih banyak juga yang masih tetap menjaganya

Rombongan dari Pelamar


Pernikahan di masyarakat Melayu Sungai Linau dan sekitarnya


Dalam masyarakat Melayu di Kabupaten Kepulauan Meranti, terutama di Sungai Linau Pulau Rangsang kesamaan dalam adat istiadat pernikahan, dimulai dari merisik, melamar/mengantar tanda, pertunangan sampailah pada hari H nya dimana pesta pernikahan dilangsungkan, biasanya dimulai dengan malam "berinai cui" dimana pada malam tersebutlah biasanya ijab qabul dilangsungkan, sekitar pukul 07.00 malam rombongan mempelai laki-laki datang kerumah mempelai perempuan, setelah disambut dilanjutkan dengan makan berhidang secara bersama-sama setelah dibacakan doa selamat oleh alim ulama, maka acara akad nikahpun dilangsungkan, setelah itu pengantin laki-laki dan perempuan secara bergantian di tepung tawarkan di atas pelamin oleh alim ulama, orang tua-tua di kampung serta sanak keluarga. Setelah itu pengantin perempuan di istirahatkan dan diberi inai, sementara penganten laki-laki duduk bersama di ruang depan bersama para tamu dan keluarga lainnya, pada malam ini biasanya dilanjutkan pembacaan "maulid/asrakal" (membaca kitab barzanji) sampai pagi oleh orang tua-tua dikampung. Acara ini sangat berkesan sekali, karena ada kesan relegiusnya dan menjadi malam yang sangat meriah bagi keluarga mempelai perempuan dalam persiapan acara besok siangnya.

Senin, 05 Juli 2010

Cerite Yong Dollah

Dalam cerita lisan masyarakat Melayu, terutama Bengkalis, sosok Yong Dolah selalu divisualisasikan kepada sosok pembual yang suka bercerita, tapi yang diceritakan adalah kosong belaka.

Bukan hanya bagi orang awam, akan tetapi juga sebagian intelektual yang memiliki pandangan yang sama terhadap sosok Yong Dolah. Bila hal ini terjadi, maka ada beberapa faktor kesalahan, yaitu: Pertama, bahasa yang digunakan Yong Dolah memiliki nilai filosofis yang tinggi sehingga sampai saat ini pun masih sulit dicerna dan dipahami maksudnya oleh banyak kalangan.

Akibatnya, kita masih belum mampu menterjemahkan dan memahami maksud Yong Dolah secara substansial. Hal ini berarti, intelektualitas dan kebijaksanaan Yong Dolah sangat tinggi untuk zamannya, bahkan mungkin saat ini dan perlu kajian secara mendalam.

Kedua, informasi tentang cerita Yong Dolah tidak mampu ditrasformasikan pada generasi saat ini karena tidak adanya upaya dari pemerintah daerah untuk mempublikasikan cerita filosofis Yong Dolah. Sebab, paradigma saat ini hanya lebih didominasi oleh faham materialistik (pembangunan benda nampak) dan hedonism (kenikmatan sesaat).

Sementara untuk mempublikasikan cerita Yong Dolah ditolak oleh kedua mazhab tersebut. Ketiga, kita sebenarnya adalah orang yang belum tercerahkan, sebab kehidupan selalu mentertawakan orang, padahal tanpa kita ketahui kita justru sedang menertawakan diri sendiri, bukan mentertawakan cerita Yong Dolah. Hal ini disebabkan karena kita tak mampu memahami apatahlagi membuat melebihi apa yang dilakukan oleh orang yang kita tertawakan.
Akibat kesalahan di atas, maka eksistensi Yong Dolah dengan cerita filosofisnya yang demikian tinggi menjadi hilang. Yang muncul hanya pelecehan terhadap buah intelektual zaman yang memiliki nilai demikian tinggi tersebut. Jika Minangkabau memiliki filosofi bak “menanam karambi condong,” memiliki makna yang luas.

Antara lain, mungkin kita lahir di sebuah negeri, tapi justru dihargai bukan di negeri kita lahir, tapi harum di negeri orang. Namun, anehnya tidak demikian dengan Yong Dolah. Ia tidak harum di luar daerahnya sendiri, bahkan anehnya, di tempat Yong Dolah pernah hidup pun ia tidak mendapat penghormatan yang layak sebagai sosok sastrawan yang memiliki intelektualitas tinggi.

Jika Soeman Hs termasuk sosok intelektual sastra yang mengekspresikan kecerdasannya melalui tulisan, namanya harum dan bahkan diabadikan sebagai nama perpustakaan daerah. Namu, meskipun sudah diabadikan menjadi nama perpustakaan daerah yang menjadi kebanggaan bumi Melayu, akan tetapi karya Soeman HS sendiri masih sangat sulit ditemukan sehingga tidak bisa dibaca oleh generasi saat ini.

Jika tidak percaya, cobalah tanyakan pada generasi saat ini, sejak SD sampai PT apakah mereka pernah tahu dan membaca karya sastrawan Melayu yang besar tersebut? Mungkin sebagian besar tidak pernah menyantap karyanya dan hanya tahu nama Soeman Hs karena menjadi nama perpusatakaan daerah saja. Alangkan menyedihkan...

Sementara Yong Dolah, adalah sosok intelektual yang mengekspresikan kecerdasannya melalui oral (lisan) yang hanya menjadi cerita yang mengandung cemoohan. Padahal, cara Yong Dolah mengekspresikan sastranya merupakan cara dan bentuk media yang ampuh untuk zamannya.

Sangat banyak intelektual yang menggunakan cara oral dalam mencurahkan kecerdasannya saat itu. Katakanlah seperti Wak Setah, seorang perempuan Melayu yang memiliki kemampuan bertutur (bercerita) yang sangat brilian.

Sayangnya, penuturan cerita yang pernah disampaikannya tak pernah dibukukan, sehingga sulit ditemukan lagi. Padahal, mayarakat Melayu modern telah banyak yang tidak lagi mengetahui cerita daerahnya akibat arus novel modern yang tidak mencerminkan nilai Melayu yang islami.

Padahal, apalah sulitnya bagi negeri Lancang Kuning yang kaya ini untuk mengumpulkan cerita Yong Dolah dan Wak Setah untuk kemudian dipublikasikan dalam bentuk buku agar bisa menjadi bacaan generasi saat ini dan akan datang.

Bukankah Bumi Lancang Kuning telah memproklamirkan diri sebagai Pusat Budaya Melayu Asia Tenggara? Bagaimana mungkin visi ini terwujud tatkala secara intern generasi negeri ini kurang untuk tidak sama sekali memahami budayanya dan kekuarangan bacaan para intelektual budaya Melayu yang pernah ada dahulu dengan kekuatan nilai religious budaya Melayu yang demikian dalam. Padahal, karya mereka memiliki keluasan makna dan dalam filosofis religiusnya.

Yong Dolah paling tidak merupakan sosok intelektual sastrawan Melayu yang pernah lahir di Bumi Lancang Kuning ini yang mengekspresikan kecerdasannya dalam bingkai sastra yang menggunakan kata hiperbola yang penuh makna.

Paling tidak, sampai saat ini belum ada yang mampu melakukan bentuk sastra hiperbola sebagaimana yang telah dilakukan oleh Yong Dolah. Entahlah... Apakah masih bisa kita tertawa juga lagi ketika mendengar cerita Yong Dolah. Jika masih bisa, syukurlah. Tapi tertawa karena keasyikan menikmati kedalaman intelektualitasnya dan kepiawaiannya memainkan kata, bukan mengejeknya.

Sekali lagi, entahlah... Tapi, Yong Dolah boleh berbangga hati karena kata filosofisnya bisa membuat kita tertawa dan Wak Setah melalui celotehnya membuat ia menjadi sosok perempuan Melayu yang diperbincangkan oleh Pusdatin Puanri.

Beruntunglah Wak Setah karena Pusdatin Puanri masih memperjuangkannya, tapi tidak demikian dengan Yong Dolah yang tak ada mau memperjuangkan intelektualitasnya. Sementara masih banyak para pembual dan pencoleteh lainnya yang lahir hari ini justeru hanya mampu membuat kita menjadi geram.

Kampung Halamanku

Desa Kayuara adalah nama definitifnya sementara itu orang mengenalnya Sungai Linau, banyak masyarakat desa tetangga seperti Bokor, Lemang, Bungur, Sonde, Melai, Parit Nibung, Parit Amat, Peranggas, Sungai Cina, Bantar, Sialang Pasung menyebut ke Sungai Linau jika merka ingin berkunjung ke Desa Kayu Ara. Saat ini Desa Kayuara di Nahkodai oleh Penghulu atau Kepala Desa Rudi Hartono, anak dari Yung Saad ini baru menjadi Kepala Desa. sebelumnya desa Sungai Linau ini di perintah oleh Penghulu Harun (Alm) nama lengkapnya Harunsyah Abdullah, sudah berpulang kerahmatullah tahun 2009 lalu, Almarhum sempat memimpin Sungai Linau selama dua periode saat itu masih bergabung dengan Kabupaten Bengkalis.

Sebagai sebuah Desa yang waktu itu masih dibawah Kabupaten Bengkalis Desa Sungai Linau mendapat anggaran pembangunan dan proyek antara lain pembangunan ulang SDN Kayuara yang saat itu bangunan asalnya adalah bangunan SD Inpres Tahun 80 an dibangun ulang dan ditambah lagi, sehingga saat ini memiliki 6 ruang belajar ditambah 1 ruang majelis guru dan Kepala Sekolah, adapun yang menjadi Kepala Sekolahnya saat ini adalah Amri anak Sungai Linau tamatan SPG Bengkalis dan sudahpun menyelesaikan S1nya di Universitas Terbuka.Kantor Kepala Desa, rumah bidan, Masjid, MDA dan jalan adalah hasil pembangunan yang telah didapat saat ini. Walaupun demikian Desa Sungai Linau masih tertinggal jauh dari Desa-desa lain seperti Bokor, Parit Amat, Sekomeng, Lemang, Bungur dan lainnya, apalagi yang berada di kota Selat Panjang ibu kota Kabupaten Kepulauan Meranti


Sekolah Dasar Negeri  Kayuara


Beberapa siswa SDN Kayuara bersiap-siap untuk ke sekolah
 
Kantor Kepala Desa Kayu Ara dan rumah sekaligus tempat praktek Bidan Pemerintah